Dari Sabang Melihat ke Seberang |
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak tempat eksotik, namun ternyata Indonesia masih menempati posisi ke 130 dari 144 negara yang tergabung dalam negara dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pada tahun 2015, Indonesia telah melampaui targetnya dalam mendatangkan turis sebanyak 10 juta orang, namun bila dibandingkan dengan total wisatawan di Singapura (15 juta) dan Malaysia (27 juta), tentu angka 10 juta merupakan angka yang kecil. Lalu apa penyebab pariwisata Indonesia kurang berkembang dibandingkan negara lain?
Dalam konferensi pers Bali & Beyond Travel Fair
(BBTF) 2016 yang digelar di Gedung Sapta Pesona Jakarta Selasa (10/5) lalu,,
Arief Yahya mengungkapkan tiga jurus untuk mengembangkan pariwisata yaitu
meliputi pemasaran, pengembangan destinasi wisata, dan pengembangan SDM &
Kelembangan. (http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/05/tiga-jurus-andalan-arief-yahya-untuk-majukan-pariwisata-indonesia)
Tak dapat dipungkiri bahwa
kemajuan sebuah kawasan wisata harus diiringi dengan adanya sumber daya manusia
yang kompetitif dan peduli terhadap lingkungannya. Untuk menangggapi kebutuhan
tersebut maka yang perlu dilakukan adalah pengembangan pendidikan dalam bidang
kepariwisataan.
Meskipun di Bali dan Jakarta banyak warga yang telah fasih berbahasa asing
terutama bahasa inggris, namun tidak dengan di daerah lain. Di
wilayah yang lebih terpencil inilah biasanya surga bagi kaum traveler
berada, namun penduduk asli kesulitan dalam berkomunikasi dengan turis. Oleh
karena itu, fokus dalam pengembangan sumber daya manusia mampu membantu
peningkatan pariwisata Indonesia. Hambatan dalam berbahasa ini menjadikan salah satu alasan penting mengapa turis asing lebih suka datang ke Malaysia atau Singapura
yang nyatanya memiliki kekayaan alam dan budaya yang lebih sedikit daripada
negara ini.
Selain itu, masyarakat Indonesia masih kurang terdidik dalam hal
pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Mereka cenderung berpikir dan bertindak
untuk jangka pendek mengenai manajemen wisata, sehingga yang didapatkan adalah
pengelolaan kawasan wisata yang tidak berkelanjutan dimana suatu saat akan habis
dimakan waktu.
Selanjutnya untuk mengembangkan dan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang mumpuni, Indonesia harus mampu membentuk dunia pendidikan pariwisata dalam
dua jalur, yaitu jalur akademik dan jalur profesional. Tenaga profesional ini
diharapkan dapat mengembangkan pelayanan pariwisata. Sementara untuk tenaga
akademik bertugas untuk menganalisis dan mengolah konsep pariwisata berikut
dengan pemanfaatannya.
Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara komprehensif mampu mempermudah
proses interaksi diri dan lingkungan sehingga nantinya dapat membentuk karakter
manusia yang baru. Namun hal tersebut tidak dapat berjalan dengan baik apabila
pemerintah tidak simultan membangun sarana pembentukan karakter tersebut dengan
membangun institusi yang tidak hanya bergengsi tapi juga mampu mencetak profesional dalam
bidang pariwisata.
Kondisi Indonesia saat ini harusnya dapat memberikan inspriasi dalam hal
merespon angka pengangguran dan kemerosotan nilai rupiah terhadap mata uang
asing, yaitu dengan menjaring wisatawan untuk datang berkunjung ke Indonesia. Maka
hal yang perlu dilakukan dalam rangka menjawab kondisi pariwisata kita adalah
berani membuka diri untuk terus belajar dan bersikap positif dalam menghadapi tantangan
ekonomi-pariwisata. Sebab pariwisata sudah leyaknya menjadi sektor industri yang besar di Indonesia.
No comments:
Post a Comment