Wednesday, 9 November 2016

Pariwisata Ditilik dari Kacamata Pendidikan




Dari Sabang Melihat ke Seberang

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak tempat eksotik, namun ternyata Indonesia masih menempati posisi ke 130 dari 144 negara yang tergabung dalam negara dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pada tahun 2015, Indonesia telah melampaui targetnya dalam mendatangkan turis sebanyak 10 juta orang, namun bila dibandingkan dengan total wisatawan di Singapura (15 juta) dan Malaysia (27 juta), tentu angka 10 juta merupakan angka yang kecil. Lalu apa penyebab pariwisata Indonesia kurang berkembang dibandingkan negara lain?

Dalam konferensi pers Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2016 yang digelar di Gedung Sapta Pesona Jakarta Selasa (10/5) lalu,, Arief Yahya mengungkapkan tiga jurus untuk mengembangkan pariwisata yaitu meliputi pemasaran, pengembangan destinasi wisata, dan pengembangan SDM & Kelembangan. (http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/05/tiga-jurus-andalan-arief-yahya-untuk-majukan-pariwisata-indonesia)

Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan sebuah kawasan wisata harus diiringi dengan adanya sumber daya manusia yang kompetitif dan peduli terhadap lingkungannya. Untuk menangggapi kebutuhan tersebut maka yang perlu dilakukan adalah pengembangan pendidikan dalam bidang kepariwisataan.

Meskipun di Bali dan Jakarta banyak warga yang telah fasih berbahasa asing terutama bahasa inggris, namun tidak dengan di daerah lain. Di wilayah yang lebih terpencil inilah biasanya surga bagi kaum traveler berada, namun penduduk asli kesulitan dalam berkomunikasi dengan turis. Oleh karena itu, fokus dalam pengembangan sumber daya manusia mampu membantu peningkatan pariwisata Indonesia. Hambatan dalam berbahasa ini menjadikan salah satu alasan penting mengapa turis asing lebih suka datang ke Malaysia atau Singapura yang nyatanya memiliki kekayaan alam dan budaya yang lebih sedikit daripada negara ini.

Selain itu, masyarakat Indonesia masih kurang terdidik dalam hal pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Mereka cenderung berpikir dan bertindak untuk jangka pendek mengenai manajemen wisata, sehingga yang didapatkan adalah pengelolaan kawasan wisata yang tidak berkelanjutan dimana suatu saat akan habis dimakan waktu.

Selanjutnya untuk mengembangkan dan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, Indonesia harus mampu membentuk dunia pendidikan pariwisata dalam dua jalur, yaitu jalur akademik dan jalur profesional. Tenaga profesional ini diharapkan dapat mengembangkan pelayanan pariwisata. Sementara untuk tenaga akademik bertugas untuk menganalisis dan mengolah konsep pariwisata berikut dengan pemanfaatannya.

Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara komprehensif mampu mempermudah proses interaksi diri dan lingkungan sehingga nantinya dapat membentuk karakter manusia yang baru. Namun hal tersebut tidak dapat berjalan dengan baik apabila pemerintah tidak simultan membangun sarana pembentukan karakter tersebut dengan membangun institusi yang tidak hanya bergengsi tapi juga mampu mencetak profesional dalam bidang pariwisata.

Kondisi Indonesia saat ini harusnya dapat memberikan inspriasi dalam hal merespon angka pengangguran dan kemerosotan nilai rupiah terhadap mata uang asing, yaitu dengan menjaring wisatawan untuk datang berkunjung ke Indonesia. Maka hal yang perlu dilakukan dalam rangka menjawab kondisi pariwisata kita adalah berani membuka diri untuk terus belajar dan bersikap positif dalam menghadapi tantangan ekonomi-pariwisata. Sebab pariwisata sudah leyaknya menjadi sektor industri yang besar di Indonesia.

No comments:

Post a Comment