Sunday, 1 February 2015

Pariwisata Indonesia, Jayalah Negeriku!

Kali ini mau nulis yang agak serius ah, biar dikata gak slengean bangetlah jadi blogger. Hahaha udah gitu aja pembukanya. Ok, lets give it a try..
Berdasarkan informasi dari internet, ternyata populasi turis mancanegara di Indonesia tahun 2014 hanya sekitar 8,8 juta orang. Dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu Malaysia yang 3 kali lipatnya atau sebanyak 25 juta orang, kita sungguh kalah telak. Sedih padahal destinasi wisata di Indonesia sangat luar biasa banyaknya dibanding Malaysia.
Malaysia dengan branding ‘Malaysia, Truly Asia’-nya itu jauh lebih bergema kepopulerannya dibanding ‘Wonderful Indonesia’, tanya kenapa? Jawabannya hanya satu, orang Indonesia kurang ‘care’ terhadap hal remeh-temeh, contohnya branding pariwisata ini.
branding Indonesia tahun 2014
Sumber : Google

Alam yang kaya, Indonesia
Sumber : Google
Coba kamu bayangkan, betapa Indonesia dengan kontur alam yang luar biasa menarik ini akan menjadi negara yang berkembang nan adidaya, jika sektor pariwisata dikelola dengan sebaik-baiknya. Sayangnya, pariwisata hanya dipandang sebelah mata oleh bangsa sebagai penggerak roda perekonomian negeri.
Saya yakin jika Indonesia mau berbenah diri dan menghidupkan branding Indonesia menjadi lebih baik, tentu Malaysia bahkan Singapura akan kalah saing dengan negara ini. Selain masalah branding, banyak hal yang perlu dibenahi dari pariwisata Indonesia.
Logo Sentosa Island

Siloso Beach
Ketika saya ke Singapura, saya baru meyadari bahwa negara ini tidak memiliki pantai untuk berwisata, oleh karena itu mereka membuat pulau dengan menimbun pasir yang diambil dari Bintan. Segala sesuatu yang menyangkut kenyamanan menjadi perhatian mereka, seperti kebersihan, keamanan hingga urusan tiket masuk telah diatur dengan baik. Bandingkan dengan Indonesia yang memiliki seribu pantai dengan sajian seribu pemandangan yang  berbeda, tapi tiket tidak jelas harganya, kebersihan buruk bahkan banyak vandalis yang mencorat-coret nama disana-sini.
Christ Curch Melaka, keindahan kota Semenanjung Malaka
Sumber : Google

Salah satu atraksi kebanggaannya
Sumber : Google
Malaysia mampu mengolah sungai menjadi destinasi wisata yang menarik, tepatnya di sekitar Red Building-Christ Church Melaka. Mereka mendekorasi rumah-rumah di bantaran sungai menjadi apik dan mengelola sungai menjadi asri, bahkan biawak liar masih terlihat berkeliaran. Lalu, viola! Sungai tersebut disulap menjadi Little Venice from Malaysia. Lalu kapan wajah Sungai Ciliwung berubah menjadi seperti itu?
Intinya mereka mampu mengolah sesuatu yang terlihat biasa dan sederhana menjadi atraksi yang mengundang daya tarik wisatawan. Sedangkan di Indonesia, kebanyakan orang sibuk dengan individualitasnya masing-masing tanpa peduli dengan lingkungan.
Selain itu, ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam mengemas pariwisata daerah juga sangat disayangkan. Namun dalam hal ini, masyarakat tidak bisa dijadikan kambing hitam, sebab dibutuhkan peran aktif pemerintah untuk menghidupkan sektor pariwisata daerah.
Bicara soal fasilitas penunjang, Indonesia sangat tertinggal jauh dari negara-negara tetangga. Lihat saja akses jalan menuju lokasi wisata yang terkadang jauh dari kata layak hingga fasilitas MCK yang antara ada dan tiada. Anehnya, sekan pemerintah tetap menutup mata akan hal ini, sementara  branding 'Wonderful Indonesia' terus digaungkan. Ibarat kata, hanya bagus di luar namun bobrok dan rusak di dalam.
Miris kaan

Inikah Wonderful Indonesia?
Seandainya ada kerja sama yang berkesinambungan antara masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan destinasi wisata, maka Indonesia pasti mampu membangkitkan roda perekonomiannya sendiri. Banyak komunitas berusaha mandiri dalam memajukan pariwisata daerahnya tanpa bantuan pemerintah.
Komunitas ini berjuang mengatasnamakan kedaerahannya, ada yang bertema konservatisi alam, wisata berkelanjutan, sosial-budaya, dan berbagai hal lainnya. Setidaknya dengan memberi mereka peluang untuk hidup dan berkembang, pemerintah telah terbantu dalam pengelolaan wisata kedaerahan. Yang pemerintah perlu lakukan adalah mengendalikan dan meminimalisasi tingkat keserakahan masyarakat terhadap pengelolaan tersebut.
Namun yang lebih ironis dari semua itu adalah jika masyarakat sebagai pemilik hak tertinggi dalam hal menikmati hasil daerahnya, hanya sanggup menjadi figuran sementara daerah berkembang dengan menyisakan mereka sebagai kaum tertinggal. Sayangnya, masih banyak daerah yang mengalami hal seperti itu, contohnya di Bali dan Lombok, betapa tenar daerah ini di mata wisatawan asing hingga banyak kaum borjuis menanam modalnua disana-sini, tapi pertanyaannya kemanakan masyarakat asli Bali? Apekah mereka mendapat keuntungan yang setimpal?
Pemerintah perlu mendukung masyarakat dalam mengelola potensi wisata yang ada, terutama dengan sistem sustainable, agar wisata dapat berkembang dengan baik kini dan nanti. Lalu bagaimana caranya? Yaitu dengan memberi pemahaman dan menyadarkan diri tentang arti penting lingkungan terhadap keberlangsungan generasi mendatang. Sudah saatnya, masyarakat dan pemerintah bekerja bahu-membahu untuk membangun kembali imej pariwisata Indonesia. 
Pariwisata berkelanjutan adalah tujuan yang ingin kita capai dan voluntourism sebagai jalan menuju tujuan tersebut. Bagaimana cara menjadikan voluntourism sebagai bagian dari pariwisata Indoesia? Cara pertama adalah dengan membangun jembatan yang baik antar pemerintah dan masyarakat serta memperbaiki infrastruktur dalam negeri. Tahapan kedua adalah membuat branding pariwisata yang menarik dan membuat program volunteer bagi wisatawan di beberapa daerah wisata yang masyarakatnya telah siap menerima kedatangan tamu. Dengan begitu, terjadi hubungan saling menguntungkan antara masyarakat dan wisatawan. Daerah wisata tetap terjaga dan wisatawan mendapatkan ilmu baru tentang Indonesia.
Voluntourism secara tidak langsung menembakkan sasarannya kepada para backpacker atau pelajar asing yang ingin datang berkunjung ke Indonesia namun terhalang dengan masalah finansial. Hal ini sangat baik bagi Indonesia karena para backpacker dan pelajar tersebut memiliki semangat eksplorasi yang tinggi serta kemampuan mengajak wisatawan asing lain untuk ikut serta menjadi voluntouring di negara ini.
Namun yang tidak kalah penting adalah pemerintah bukan hanya harus mendorong bidang kepariwisataan berdiri, namun juga pemerintah harus mengoptimalkan beberapa badan untuk berkoordinasi dengan dinas kepariwisataan itu sendiri, salah satunya adalah Badan Penanaman Modal, kenapa? Di beberapa negara terdapat Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, nah melalui mereka, kita dapat menyelipkan beberapa 'virus' wisata Indonesia. Maksudnya adalah semua badan kepemerintahan diminta untuk aktif mempromosikan pariwisata Indonesia.
Secara menyeluruh, saya bukan ingin menjatuhkan nama Pariwisata Indonesia dengan kritik-kritik, namun semata karena saya begitu jatuh cinta dan menyayangi Indonesia, baik dari segi alam maupun seni-budayanya. Saya merasa ada keterikatan untuk membenahi pariwisata walau hanya dari balik cuap-cuap blog.
Kita adalah bangsa Indonesia, jika bukan kita, lalu siapa yang akan merawat negeri ini Jika bukan sekarang, lalu kapan kita akan bergerak??

MOHE, INDONESIA!

Tabik,

Astari Deviana

2 comments:

  1. Aku pernah beberapa kali bikin kajian "City Branding" dari perspektif ilmu komunikasi. Sebenernya itu ada ilmunya dan gampang banget buat diterapin. Cuma ya gitu, belum banyak orang yg tergerak hatinya untuk membangun bersama, bersama membangun. Oya, kamu pasti tau tur ke pinggiran kota yg kumuh, kapan kapan ikut yuk :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak orang kurang peduli lingkungan, itu menurutku penyebab utamanya. Hehe tur pinggir kota, gimana maksudnya?

      Delete